Rabu, 27 Juni 2007

Me as single fighter for my self

Pernah nonton princes hours?serial drama korea gitu deh. Inti ceritanya ;

Seorang cewe anak smu dari keluarga sederhana yang harus menghadapi kenyataan ternyata dia sudah ditunangkan dengan putra mahkota kerjaan korea (fiktif doang). Awalnya tuh cewe (aduh piye namanya lupa gw), menolak untuk menikah dan menjadi seorang putri tapiiiiii berhubung ekonomi keluarga yang sedang teruk (gw ketularan si badak). Terpaksa tuh cewe abg menikahi putra mahkota yang sebenernya temen smunya sendiri. Hari-hari di istana kerajaan ternyata sangat mengejutkan bagi sang putri, karena harus belajar tata aturan istana yang buku panduannya segudang; berisi cara ngomong ala ningrat, tata aturan berpakaian, larangan dan anjuran dalam prilaku, sikap and the bla..and the bla yang membuat si putri hampir tiap hari berniat kabur dari upacara pernikahan. Tapi tetap aja dia harus bertahan demi seonggok won untuk menyelamatkan keuangan keluarga.

Setiap hari kehidupan istana dilalui dan ternyata tidak hanya harus mengikuti tata aturan istana yang sangat ketat, tapi juga menghadapi intrik-intrik khas istana apalagi si putri asalnya kan dari keluarga biasa jadi sering sekali menghadapi cobaan dan penghinaan-terutama dari ibu-ibu yang anaknya gagal menjadi istri pangeran. Nah ini mending kalo suaminya sayang ama dia, lah suaminya sendiri justru pacaran sama orang lain (a.k.a selingkuh) lelah gak sih. Dan lama kelamaan si cewe jadi putri yang sangat patuh. Tapi hilanglah semua kecerian yang menjadi ciri khas dirinya. Tubuh jadi tambah kurus kering karena makan hati tiap hari.

Oh ya hubungan dengan dunia kerja, well dunia kerja itu bagi gw seperti kerajaan yang harus dihadapi oleh sang cewe abg. Si cewe merasa gerbang dunia kerja (waktu zaman nganggur) sangat mewah dan menjanjikan kemapanan (off course lahh), status sebagai seorang staf sebuah perusahaan beserta embel-embel jabatan. Menambah kebanggan bagi orang tua yang bersyukur ternyata tidak percuma membiayai kuliah jutaan rupiah persemester.

Tapi di gerbang kerajaan kerja itu ternyata ada aturan yang harus dihadapi. Well, its depend on company regulation tapi pada dasarnya lo nggak bisa ketawa ketiwi sembarangan, ngomong sembarangan, gak boleh ngeluh, menghadapi intriks, and the bla…bla. Ditambah tuntutan untuk kerja ekstra cepat dan rapih.

Lelah, capek, harus dihadapi setiap hari apalagi buat anak kos yang jauh dari orangtua seperti gw. Just like si badak nuri bilang; gw adalah seorang single fighter bagi diri sendiri karena jujur gw kekurangan afeksi. Gw setiap hari (kecuali sabtu minggu) harus mencurahkan segenap kemampuan fisik, pikiran, dan mental untuk sebuah kata : PROFFESIONAL.

Yah professional kerja yang dituntut tempat kerja. Cuma satu kata tapi ternyata sangat mempengaruhi kehidupan gw. Setiap hari bangun pagi dengan segempok pikiran kerjaan apa yang menanti gw hari ini. Lalu pulang kerja antara jam 5 or jam 6. langsung pulang ke kostan, saking lelahnya langsung jatuh tertidur and then terbangun di tengah malam (I don’t know why I always awake in the middle of the night). Berhubung gak bisa tidur, biasanya gw baca buku, majalah, komik, sambil dengerin music dari laptop. And that’s my daily activity after working hour. Sabtu minggu biasanya gw jalan ke mall karena itulah olahraga yang paling menyenangkan

Gw gak punya teman dekat disini and I don’t need that. Gw pernah mencari temen dekat yah…anak-anak kostan gw juga. Hasilnya:

  1. Rata-rata mahasiswa itu pulang lebih malam dari gw
  2. Mereka udah punya grup sendiri dan sulit untuk masuk dalam kehidupan anak-anak abg.
  3. Ada sih anak yang sesama pekerja kayak gw. Tapi dia kalo diajak ngomong kok kayaknya ngelantur gitu. Lama-lama gw bisa sinting sendiri kalo keseringan ngomong ama dia.

Kalo di kantor:

  1. Project gw itu cuma ada adviser ama gw, asistannya. Yah ngobrolnya soal kerjaan. Kadang cerita soal keluarganya dia sih.
  2. Anak-anak dari project lain? Ada satu orang yang gw rada cocok tapi itupun partner pas nonton doang. That’s it.

Lama-lama gw menyerah, atau gw yang udah nggak perduli?

Yang pasti kayak cerita princess hour dimana cewe abg berubah menjadi putri; dan akhirnya berubah menjadi menjadi manusia yang skeptis, jarang ketawa, bahkan sekarang agak jauh sama keluarga. Entahlah sejak kapan gw dengan otomatis mematikan segala kebutuhan emosional dengan keluarga. Mungkin karena gw orang yang jarang mengeluh sama ortu. Gw jarang cerita soal kerjaan atau kehidupan; paling gw bilang everythings fine and don’t worry about me. Waktu sakit sampai nggak bisa bangun dari tempat tidur, gw gak pernah ngaku sama orang tua (bahkan nggak pernah minta tolong orang sekitar untuk membantu) biarin..! paling sembuh sendiri. Kenapa? Karena takut nyokap sakit gara-gara gw. Waktu abang gw tinggal di Jakarta, dia sering banget ngeluh ama nyokap; yang sakit kepala lah, flu, kerjaan gak menyenangkan. Nyokap langsung drop kondisi kesehatannya gara-gara nggak tidur semalaman. Aduh cape deh…….Trus kenapa nggak pernah minta tolong sama orang sekitar karena paling mereka bilang “ya udah istirahat aja Sil” or nanya “sakit apa” and then nothing. Nggak ada nolong-nolongnya! percuma!

Im not nerd, gw tetap bergaul tapi seadanya secukupnya sekedar said hai, gimana kabarnya, selesai dan selanjutny kembali ke laptop (moto tukul banget). Kadang gw merasa itu wasting time dan akhirnya gw lari ke kehidupan gw sendiri lagi. Mencari cd, hunting buku ke gramed, jalan-jalan di pinggir malioboro. Bukan untuk belanja, cuma pengen jalan aja karena jenuh di rumah.

Aktivitas sederhana yang dulu biasa gw lalui bersama Nuri. Yeah, gw itu gak ribet dan nggak begitu mencari tantangan.

Dan kenapa gw sangat kangen sama Nuri, karena gw dan dia saling menghibur satu sama lain. Gw bosen kalau harus menjadi pendengar terus menerus. Orang juga butuh didenger dan ditanggapi. Just that….!

Oh God, kayaknya gw butuh cuti…….!

Tidak ada komentar: